Rasionalisme dan modernisme yang dibarengi dengan budaya materialisme, konsumerisme serta hedonisme adalah gejala yang terjadi pada hampir setiap manusia. Seiring dengan itu pemaknaan, pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai agama dan budaya serta moral mulai sering diabaikan bahkan dilupakan. Muncullah Perilaku-perilaku yang menyimpang dan bisa dikatakan jauh dari norma-norma yang berlaku, dan ironisnya hal itu dianggap sesuatu yang wajar. Akibatnya, segala cara dan upaya dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan tanpa memandang apakah cara tersebut tergolong dibenarkan, yang dalam bahasa agamanya adalah halal. Ruh illahiah dan prinsip-prinsip budi pekerti (akhlak) sudah tidak menjadi bahan acuan atau pertimbangan lagi. Pertanyaan yang dapat dimunculkan pada diri kita sendiri adalah: apakah diri saya termasuk manusia seperti itu?Pertanyaan pertanyaan senada di atas hendaknya selalu kita pertanyakan pada diri kita masing-masing.

Sudahkan kita menjadi manusia yang sempurna?, menjadi insan kamil yang selalu berusaha mendapat ruh Muhammad. Pertama, iikalau jawabannya sudah atau merasa sudah, pertanyaan yang selanjutnya dimunculkan dan harus dijawab pada hati yang paling dalam adalah, sudahkah diri saya merasa puas.? Kedua, jika jawabannya belum, maka pertanyaannya yang dimunculkan adalah bagaimana diri saya dapat menjadi insan kamil ?Apakah manusia itu ? Harus menjadi apakah ia? Apakah tujuan akhirnya dan apakah kebutuhannya itu ? pertanyaan yang tidak kalah penting adalah, sadarkah kita bahwa diri kita adalah manusia yang dalam bahasa agama (Islam) disebut insan. Adalah makhluk yang menjadi (becoming) yang terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

               Manusia dalam keadaannya yang menjadi atau yang berusaha menjadi memiliki tiga sifat (atribut) yang saling berkaitan: kesadaran diri, kemauan bebas dan kreativitas.
Kesadaran diri, adalah suatu langkah dimana seseorang dapat melihat dirinya sendiri, bercermin diri untuk melihat semua sudut pada tubuh kita, mau melakukan introspeksi diri atau bermukhasabah terhadap segala langkah yang dilakukan. Bahwa kesadaran diri atau konsep diri dalam pandangan ilmu Psikologi digunakan untuk menggambarkan dan menyatakan karakter psikologis seseorang individu. Variabel ini sering disamakan dengan dengan gambaran diri atau identitas, yang merupakan perwujudan sistem diri, yang dalam bahasa Iqbal adalah khudi. Bagi M.Iqbal hilangnya khudi (diri) merupakan kehilangan yang sangat menyedihkan.

               Di mana masa depan seseorang sangat tergantung pada penemuan kembali dirinya. Perjuangan yang paling utama adalah menegaskan identitas gaya hidupnya (life style). Berlainan dengan bahasanya Ziauddin Sardar dengan menampilkan konsep Tazkiyah (penyucian diri) untuk membangun konsep diri. Dengan tazkiyah seseorang akan berkesempatan membentuk diri, karena sebelumnya ia harus melakukan pensucian diri dengan cara berdzikir, ibadah, tauhid, sabar, dan doa. Dari sini muncullah pertanyaan pada diri kita, bagaimana dengan diri saya ? model life style apa yang cocok untuk diri saya?Kemauan bebas adalah hal yang mutlak harus dimiliki oleh setiap orang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang dalam hidup ini adalah suatu usaha untuk mencapai kebahagiaan abadi. Ketinggian, keutamaan dan kelebihan manusia dari makhluk lain terletak pada akal yang dianugrahkan Tuhan kepadanya.

               Akal membuat manusia mempunyai kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Dan dengan akal pulalah manusia dapat menentukan arah, tujuan dan cita-cita yang hendak dicapainya. Bahwa kemauan bebas yang tidak disetir atau ditekan oleh hal apapun adalah satu langkah maju untuk menjadi diri sendiri. Kemauan bebas tidak berarti tidak terikat oleh apapun, batas antara hak dan kewajiban hendaknya menjadi perhitungan yang matang dalam setiap langkah. Demikian juga batas etika, susila dan moral masyarakat selalu menjadi acuan yang diperhitungkan. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah, sudahkah diri saya menjadi manusia yang berkemauan bebas? Sudahkah saya melakukan perubahan pada diri saya sendiri untuk mencapai tujuan yang saya inginkan, seperti yang telah diperintah oleh Yang Maha Kuasa.

               Kreativitas adalah suatu bentuk langkah yang konkrit, tanpa kreativitas kedua hal di atas hanyalah sebuah isapan jempol saja. Pada langkah ini diri kita akan diuji sejauh mana usaha yang kita lakukan, sejauh mana kepasrahan yang telah kita tanamkan pada hati kita tanpa pernah menyalahkan siapapun. Kreativitas yang dibarengi dengan kepasrahan yang seutuhnya dapat mewujudkan diri sebagai orang yang Islam (pasrah). Sadar bahwa hidup adalah suatu upaya penghambaan hanya pada Yang Maha Esa menjadikan diri kita tidak sombong, congkak, atau yang paling hebat. Sekali lagi tingkah akidah kita diukur, akidah menjadi dasar untuk berperilaku bagi setiap muslim. Karena dengan akidah, seseorang akan meyakini adanya Dzikir Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Akidah seperti ini akan dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan jahat, sekaligus dapat memberikan motivasi berbuat baik. Tingkat akidah dalam ukuran manusia yang serba materi hal itu dapat dilihat dari sikap jiwa dan aktifitas serta kreativitas seseorang. Tentang nilai yang sesungguhnya mari kita pertanyakan pada diri kita masing-masing, yang diiringi dengan doa dan kepasrahan, atau….. tanyakan saja kepada Yang Maha Melihat dan Mendengar