Oleh Siti Afif Muchayaroh, S Pd

Berbagai penelitian dalam pendidikan, di antaranya yang dilakukan oleh Zimmerman dan Risemberg (dalam Sungur & Tekkaya, 2006) menunjukkan bahwa keyakinan dan kesadaran untuk memperbolehkan siswa menjadi pembelajar yang bebas sangat berhubungan dengan peningkatan mutu akademis. Pandangan tersebut mampu memberikan peningkatan pada proses belajar mengajar dalam kelas dan faktor-faktor kontekstual lainnya yang secara meyakinkan akan berpengaruh pada pembelajaran siswa dan motivasi

Kemampuan siswa meregulasi-diri dalam proses belajar-nya merupakan kegiatan yang penting dalam proses belajar siswa. Menurut Alsa (2005), teori belajar sosial kognitif sudah menjelaskan konsep ideal pembelajar yaitu pembelajar berdasar regulasi-diri. Istilah belajar berdasar regulasi-diri merupakan terjemahan dari kata asing self-regulated learning. Belajar berdasar regulasi-diri merupakan topik yang sering diteliti dan dipelajari pada beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan model triadik resiprokal dari Bandura, perspektif pembelajaran sosial kognitif belajar berdasar regulasi-diri menekankan dinamika, interaktif dan hubungan triadik resiprokal di antara lingkungan, individu, dan perilaku. Lebih lanjut Bandura menjelaskan peran agen pembelajaran (siswa) dalam merundingkan perkembangan dan mengatur secara langsung pemikiran-pemikiran dari siswa tentang tujuan akademis yang sesuai serta bertindak secara reaktif dan reflektif menyediakan situasi pembelajaran personal siswa (Woolfolk, 2007). 

Pembelajaran Tutor Sebaya

Hamalik (1991:73) (dalam Abi Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Pengajaran tutoring merupakan pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor (Winkel, 1996:401).

Secara singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk, arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik..

Interaksi antara kawan membuka mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan. Dengan demikian, interaksi ini cenderung untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku. Interaksi antara kawan itu menyebabkan tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh dilakukan dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah.

Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya(Suherman, 2003:277).

Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Suryo dan Amin (1984:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang– orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.

Percobaan menggunakan siswa sebagai guru atau tutor sebaya telahberlangsung di negara lain yang sudah maju dan telah menunjukkankeberhasilan. Dasar pemikiran tentang tutor sebaya adalah siswa yang pandaimemberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah atau di luar sekolah / di luar jam mata pelajaran (Semiawan, 1985:70).

Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan tuteeTutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal (Roscoe & Chi, 2007). Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.

Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.

Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya (Suherman,  dkk. 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Sukmadinata, 2007).

Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi.

Penerapan metode belajar mahasiswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Pelaksanaan tutorial teman sebaya dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam mengerjakan soal-soal latihan. Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan.

Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam pembelajaran komputer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan peer tutoring dan peer assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran komputer, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi sekarang ini (Arikunto, S. 2006).

Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya (Suyitno. 2004). Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain selain guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru dan dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai. (Suherman, dkk. 2003).

Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. (Martinis, 2007).

Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan (Muntasir, 1985).

Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran (Ribowo. 2006). Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi (Riyono. 2006).

Penerapan metode belajar siswa aktif yang bervariasi dan pelaksanaan tutorial, serta adanya system evaluasi yang konsisten cukup efektif digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan tutorial teman sebaya dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam mengerjakan soal-soal latihan (Hidir Yakub dan Sunyono. 2005).

Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan (Johar Maknun dan Toto Hidajat Soehada). Pada kasus pembelajaran Matematika, model pembelajaran tutor sebaya lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa (Ika Marlita Sari. 2006).

Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya di bawah KKM atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. (Arikunto, S. 2006)

Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. (Yamin,  2007). Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan (M. Saleh Muntasir, 1985).

 Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor melakukan repetition (pengulangan) dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih paham dalam setiap bahan ajar yang disampaikan.

Sintaks Pembelajaran Tutor Sebaya

Langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini adalah sebagai berikut.

  1. Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pelajaran di bagi menjadi sub-sub materi (segmen materi).
  2. Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
  3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu bab materi. Setiap kelompok di pandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
  4. Beri mereka waktu yang cukup, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
  5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
  6. Setelah kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

Berdasarkan proses regulasi-diri dari Zimmerman (2008), terdapat tiga tahap proses regulasi-diri, yaitu tahap orientasi ke depan, tahap performansi, dan tahap refleksi diri. Tahap orientasi ke depan terdiri dari dua proses utama yaitu analisis tugas dan keyakinan motivasi diri. Analisis tugas terdiri dari penetapan tujuan dan perencanaan strategi. Keyakinan motivasi diri terdiri dari efikasi diri, harapan terhadap hasil, minat/nilai intrinsik dan orientasi tujuan belajar. Tahap performansi diri terdiri dari dua proses yaitu kontrol diri dan observasi diri. Kontrol diri terdiri dari imajinasi, pengarahan diri, pemusatan perhatian, dan strategi belajar. Observasi diri terdiri dari dua proses utama yaitu pencatatan diri atau perekaman diri terhadap peristiwa personal, dan eksperimen diri untuk mendapatkan penyebab dari peristiwa tersebut.

Pustaka Acuan

Arikunto, S. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta

Asikin. 2002. “Strategi Belajar dan Pembelajaran”. Jakarta.

Suherman, E dkk. 2003. “Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer”. Bandung. UPI

Sungur, S., & Tekkaya, C. 2006. Effect of problem based learning and traditional instruction on self regulated learning. The Journal of Education Research, Heldref Publication, 99, 307-317.

Sutamin. 2007. “Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP 2 Kudus melalui implementasi metode pembelajaran dengan tutor sebaya pada materi pokok bangun ruang sisi datar tahun pelajarn 2006/2007

Woolfolk, A. 2007. Educational Psychology. USA: Pearson Education , Inc.

Zimmerman, B.J. 2008. Investigating self-regulation and motivation: Historical background, methodological developments, and future prospects. American Education Research Journal45, 166-183.