Said Edy Wibowo *)
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Kita membutuhkan habitus baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kehancuran bangsa ini 1-20 tahun yang akan datang. Karakter bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah. Melalui kegiatan ektrakurikuler diharapkan siswa dapat sehat, mempunyai daya tangkal, daya hayat terhadap Pekat, Narkoba serta bertanggungjawab dan disiplin. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler siswa diarahkan untuk memilih salah satu kegiatan Ektra kurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapat pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal dalam pendidikan, yaitu “education without character” (pendidikan tanpa karakter). Melalui pendidikan seseorang dapat menjadi manusia yang sepatutnya. Yang menjadi Persoalan adalah, apakah kita di negeri ini sudah sampai ideal seperti itu? Lembaga pendidikan di Indonesia ternyata kurang begitu berperan sebagai pranata sosial yang mampu membangun karakter bangsa Indonesia sesuai dengan nilai-nilai normatif kebangsaan yang dicita-citakan. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan kita tidak pernah jujur di dalam mengajar nilai-nilai kebenaran karena semua dilakukan di area formalitas belaka. Sistem pendidikan kita hanya mengandalkan cara berpikir yang bermuatan kurikulum yang ouputnya hanya pada nilai belaka, bukan pada pembentukan karakter anak didik. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah perlu mengusahakannya dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang jelas dan konsisten serta berkesinambungan agar tercipta generasi muda sebagai generasi penerus bangsa dan manusia seutuhnya.Salah satu aspek dari proses perkembangan sistematik dari sistem pembangunan nasional adalah bertujuan utama untuk pembentukan karakter bangsa melalui Sumber Daya Manusianya. Soal pendidikan pembangunan karakter juga pernah ditekankan oleh Presiden RI Pertama dan Proklamator Kemerdekaan RI, Soekarno. Dalam buku ‘”Karakter Mengantar Bangsa dari Gelap Menuju Terang” (2009) Bung Karno menegaskan bahwa dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan Pelaksanaan nation and character building. Jika pembangunan karakter tidak terwujud, kata soekarno, maka bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli.
Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Apabila ditinjau dari bahasa dan pengartiannya sebetulnya bahasa karakter ini masihlah sangat luas, tetapi disini akan kita lihat beberapa pengertian secara umum yang ada di lapangan. Karakter menurut Wikipedia (2008 : 1) bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Tim prima pena (2006 : 234) membuat pemahaman karakter yang cenderung ke sifat manusia seperti watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan.sedang Pendidikan karakter merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membentuk insan atau manusia yang terpelajar melalui pendidikan dengan karakter yang kuat dan kepribadian yang kokoh, sedang Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural ; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain. Upaya pembentukan karakter dilakukan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar melalui mata pelajaran dan kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas serta diluar kelas. Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran atau nilai yang diajarkan tetapi lebih kepada upaya penanaman nilai-nilai baik melalui semua mata pelajaran, program pengembangan diri (kegiatan ektra kurikuler), dan budaya sekolah.
Dari penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa ternyata memang ada beberapa tempat selain pendidikan dalam kelas yang dapat membentuk karakter siswa tersebut, dimana salah satu wahana pengantarnya adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah (Anifral Hendri, 2008 : 1-2). Berdasarkan pengertian diatas menekankan bahwa kegiatan ekstrakurikuler untuk membantu pengembangan peserta didik dan pemantapan pengembangan kepribadian siswa cenderung berkembang untuk memilih jalan tertentu. RB.Cattele dalam Anifral Hendri (2008 : 2) menyatakan bahwa kepribadian seseorang menunjukkan apa yang ingin diperbuat bilamana ia dalam keadaan senang dan ditempatkan pada situasi tertentu. Deng Xiaoping dalam program reformasi pendidikannya pada tahun 1985 secara eksplisit mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter. Throughout the reform of the education system, it is emperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society (‘Decisions of Reform of the Education System’, 1985). Karena itu program pendidikan karater telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas (Stefan Sikone, 2006 : 2). Nah, apabila Cina bisa melakukan pendidikan karakter untuk 1,3 miliar menjadi manusia yang berkarakter (rajin, jujur, peduli terhadap sesama, rendah hati, terbuka), Indonesia tentunya bisa melakukannya. Namun, gaung pendidikan karakter belum banyak terdengar dari para pemimpin kita. Tentunya, sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kita semua bisa melakukannya dalam sekolah. Tentunya, pendidikan karakter adalah berbeda secara konsep dan metodologi dengan pendidikan moral, seperti kewarganegaraan, budi pekerti, atau bahkan pendidikan agama di Indonesia. Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif,emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
Dalam hubungan ini maka apa yang disarankan Unesco perlu diperhatikan yaitu bahwa pendidikan harus mengandung tiga unsur: (1) belajar untuk tahu (learn to know). (2) belajar untuk berbuat(learn to do). (3). belajar untuk bersama (learn to live together). Unsur pertama dan kedua lebih terarah membentuk having, agar sumber daya manusia mempunyai kualitas dalam pengetahuan dan keterampilan. Unsur ketiga lebih terarah being menuju pembentukan karakter bangsa. Kini, unsur itu menjadi amat penting. Pembangkitan rasa nasionalisme, yang bukan ke arah nasionalisme sempit, penanaman etika berkehidupan bersama, termasuk berbangsa dan bernegara; pemahaman hak asasi manusia secara benar, menghargai perbedaan pendapat tidak memaksakan kehendak, pengembangan sensitivitas sosial dan lingkungan dan sebagainya merupakan beberapa hal dari unsur pendidikan melalui belajar untuk hidup bersama. Pendidikan dari unsur ketiga ini sudah semestinya dimulai sejak Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi. Penyesuaian dalam materi dan cara penyampaiannya tentu saja diperlukan.
Kegiatan Ekstrakurikuler dalam pembentukan karakter
Mengenai fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai wahana untuk ; (1). Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka; (2). Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik; (3). Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan; (4). Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik. Dari beberapa fungsi kegiatan ektrakurikuler diatas dapat diamati dan dijadikan acuan bersama bahwa kegiatan ektrakurikuler sangatlah mempunyai peran yang signifikan sebagai wahana pembentukan karakter siswa dilingkungan sekolah/madrasah maupun di masyarakat. Adapun kegiatan ektrakurikuler adalah; (1) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA); (2) Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian; (3) Latihan/lomba keberbakatan/ prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan; (4) Seminar, lokakarya, dan pameran/ bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya; (5) Olahraga, yang meliputi beberapa cabang olahraga yang diminati tergantung sekolah tersebut, misalnya : Basket, Karate, Taekwondo, Pencak Silat, Softball, dan lain. Dari fungsi dan kegiatan ektrakurikuler diatas dapatlah di kaji bahwa kegiatan Ekstrakurikuler dapat ditekankan melalui kegiatan siswa dan diberikan nilai-nilai karakter diantaranya ; jujur, disiplin, kreatif, mandiri, cinta tanah air, semangat kebangsaan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengan karakter seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Dalam buku Emotional Intelligence and School Succes (Joseph Zins,et. al 2001) mengkomplikasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor risiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor risiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapat pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orangtua dan guru lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain itu banyak orangtua dan guru yang gagal dalam mendidik karakter peserta didik entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif siswa. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgen untuk dilakukan.Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia.
*) Penulis adalah Guru MAN 5 Bojonegoro